Ada mimpi yang
tiba-tiba menghinggapi tidurku. Mimpi yang pernah singgah dulu, menahun yang
lalu. Ada desir terasa meski aku berada di bawah alam sadar, seperti angin yang
menerbangkan bulir-bulir mahkota dandelion di padang ilalang. Iya, mimpi ini
adalah harapan yang membumbung tinggi, seperti mahkota bunga rumput itu.
Pucuk-pucuk
mahkota mimpi itu terbang menurut arah angin, membentuk barisan panjang dan
selaras. Aku menamainya sasikirana, bulan purnama sempurna. Hanya karena aku berpikir purnama itu sempurna,
dan aku ingin impian-impian ini terwujud sempurna.
Kau tentu tahu,
siapa penguasa hidup ini. Dialah yang mengatur arah angin, mengatur kecepatannya, mengatur segalanya. Kadang Dia
meniupkan angin yang tenang, kadang Dia mengubahnya menjadi badai. Sesuka-Nya,
sekehendak-Nya, namun dia selalu menyiapkan akhir terbaik.
Dialah penguasa,
Dialah pemegang kendali. Pucuk-pucuk mahkota mimpi itu tak memiliki daya untuk
mengatur, begitu juga dengan induk ilalangnya. Mereka hanya mampu berusaha
untuk mencapai titik akhirnya. Tak peduli angin menerbangkan dengan halus atau
menghantarnya dengan badai. Meski harus melewati laut atau padang pasir tandus. Meski harus menempuh jalan
berputar untuk tiba di akhir terbaik.
Mimpi ini, mimpi
yang kembali membunga di lelapku. Mimpi yang mendatangkan desir di dinding
hati. Mimpi yang membuatku tersenyum dengan binar optimis sekaligus meringkuk
takut akan jatuh ke jurang yang sama. Mimpi yang kunamai sasikirana,
mimpi sederhana yang kuanggap paling sempurna.