8.9.12

untitled poem


kepada sepi tempatku menenggelamkan sedu
malam ini aku didera rindu menggelora
pada sosok berparas jenaka yang membunga di lelapku
aku ingin memeluknya sekali lagi, mendekapnya erat
merasakan hembus napas dan detak jantungnya

kepada riuh tempatku melebur segala risau
malam ini aku mengaku telah jatuh cinta
pada senyum nakal yang dipamerkannya padaku
aku ingin melihatnya sekali lagi, menatapnya lekat-lekat
dan tak kan kubiarkan senyum itu hilang walau sedetik

kepada belahan jiwa tempatku melabuhkan segala asa
andai saja kau melihat wajah jenaka dan senyum nakalnya
kau pasti akan jatuh cinta dan merinduinya pula
saat itulah kita benar-benar percaya
cinta pada pandangan pertama itu benar ada 

sleeping tight :*

7.9.12

Penentuan Tanggal Sakral

Buat kaum muda seperti kita, yang pola pikir adat budayanya pelan-pelan sudah digeser oleh pola pikir modern, perhitungan dan penentuan hari baik ini akan terasa sangat ribet sekali, bahkan bisa jadi mengundang pro-kontra dan perdebatan panjang. Saranku adalah *eciyeeeeeeh* menurutlah apa kata orang tua dan serahkan urusan hitungan tanggal itu pada mereka.
Kenapa begitu? Yang merid kan kita, bukan mereka?

Yup! Itu bener banget, yang merid kita, dan mustinya kita punya hak penuh untuk menentukan tanggal berapa kita mau merid. Karena kadang kita yang bekerja juga mempertimbangkan kapan dan berapa lama kita bisa ambil cuti, memperhitungkan teman-teman yang mungkin akan berhalangan hadir kalo pelaksanaannya di hari aktif, dll.

Untuk urusan yang satu ini, cobalah berdamai dengan keadaan dan turunkan ego sedikit saja untuk bisa mengalah. Kembalilah pada niatan awal kita untuk menikah dan apa tujuan kita menikah. Aku memberikan alasan yang kukira cukup rasional untuk kita bisa berdamai.

Yang pertama tentang niatan awal dan tujuan kita menikah. Buat kita yang menganut agama Islam, tentu alasannya adalah untuk menyempurnakan separuh dien, mencari berkah dan ridho Allah. Berdasar pada niatan ini, pikirkanlah, apakah niatan ini akan terwujud dengan sempurna jika ridho orang tua tidak kita kantongi lebih dulu? Bukankah untuk kita yang belum menikah, utamanya perempuan, ridho Allah ada pada ridho orang tua? Kalo ridho mereka saja ndak bisa kita dapetin, gimana kita bisa menuai keberkahan untuk kehidupan pernikahan kita nanti?

Yang kedua tentang harapan untuk bahagia. Mereka yang sudah repot-repot, pusing memikirkan tanggal baik untuk kita, sejatinya bukan karena ego mereka sendiri, tapi lebih karena mereka menyayangi kita. Orang jawa kuno itu punya ilmu titen. Mereka menerima tanda-tanda kebesaran Allah dari pengalaman mereka yang diwariskan turun-temurun. Baca ini yaa... *promosi..huahahaha...*

Dan sudah bisa dipastikan kalo sebenarnya mereka semata-mata menginginkan yang terbaik untuk kita, orang-orang yang mereka sayangi. Mereka ingin kita bahagia menjalani hidup berumah tangga dan mencegah hal-hal buruk yang mungkin bisa terjadi sesuai dengan apa yang pernah mereka tau sebelum-sebelumnya.

So, buat apa kita ngotot untuk bertahan dan “menentang” mereka, toh tak ada ruginya jika sedikit saja mau mengalah dan berdamai dengan mereka. Soal cuti, bisa diatur kan? Umumnya sudah ada cuti menikah untuk para pegawai dengan batasan tertentu. Kalaupun ndak ada jatahnya, bisa cuti sehari atau dua hari demi acara istimewa itu. Soal kawan-kawan, meski tak datang langsung saat acara, aku yakin mereka akan selalu mendoakan yang terbaik. Dan soal-soal lain, teteeeeeep; berdamailaaah.. :D

source : http://asalasah.blogspot.com

The Engagement Day

Orang Lamongan itu punya tradisi sendiri dalam hal lamar-melamar. Jika biasanya kita selalu mendapati pria yang melamar gadis, di beberapa desa dan kecamatan yang ada di Lamongan, yang menjadi pihak pelamar adalah keluarga si gadis. Adat ini tidak berlaku jika pria berasal dari Lamongan sedangkan si gadis dari luar Lamongan.

Untung saja, di desa tempat kelahiran Mas tidak lagi memberlakukan adat itu. Lagipula meski adat itu masih tetap dilestarikan, dia tak mendapatkan gadis Lamongan, jadi tetap saja dia yang datang melamar. Tapiiiiii..., mereka juga memiliki tradisi sendiri, yaitu tahapan prosesi lamaran ini.

Yang pertama pihak keluarga inti (utamanya ayah dan ibu) akan datang ke rumah si gadis untuk bersilaturahmi sekaligus menanyakan apakah gadis yang diinginkannya masih bisa dan mau diminta. Mereka tidak mengharuskan keluarga gadis menjawab dengan membalas kunjungan, karena bisa langsung dijawab saat itu juga.

Sebulan kemudian, keluargaku memberikan balasan kunjungan untuk sekaligus membahas tanggal pernikahan. Kunjungan kami ke Lamongan itu tidak langsung menentukan tanggal berapa akad dan resepsi pernikahan akan digelar, tapi lebih pada pembahasan tanggal yang memungkinkan untuk dilaksanakannya acara sakral tersebut.

Seperti yang umumnya kita tahu, sebagai orang dengan latar belakang adat jawa, tentu akan ada perhitungan tanggal baik yang ditentukan dari banyak faktor, salah satunya yang aku tau adalah weton dan hari naas. Weton adalah tanggal kelahiran calon mempelai dilihat dari kalender jawa. Dan hari naas yang dimaksud adalah hari meninggalnya keluarga dekat. Orang tua kuno di jawa percaya kalo anak-anak mereka tidak boleh menikah di hari pasaran yang sama dengan hari pasaran meninggalnya keluarga.

Kunjungan itu juga memastikan kapan acara lamaran resmi akan digelar. Yup! Inilah tahapan kedua dari prosesi adat lamaran mereka. Di tahap kedua ini, mereka akan melamar secara resmi, dengan membawa saserahan atau peningset, dan kadang mereka menghendaki adanya tukar cincin. Kata Mas, tukar cincin itu adalah untuk tanda pengikat, bahwa dua orang ini sudah berkomitmen untuk saling menjaga hati mereka dan tanda mereka tak lagi “available.”

Menurut ibuku, belanja peningset itu mustinya dilakukan sendiri oleh pihak laki-laki, biar surprise dan sekaligus biar lelaki itu bisa mengerti apa yang disukai atau ndak disukai, apa yang pantas dan ndak pantas untuk calon istrinya. Tapi, berdasarkan saran dari beberapa teman dan kemauan dari keluarga Mas, akhirnya belanjanya berdua. Aku diminta milih sendiri barang-barang yang aku suka, biar nanti ndak mubadzir kata mereka.

Isi peningset ini macem-macem. Intinya peningset ini adalah barang-barang yang biasa dipakai si gadis sehari-hari. Pasti bertanya-tanya deh, apa tujuan adanya peningset ini? *sotoy*

Peningset itu asalnya dari bahasa jawa yang artinya pengikat, istilah lainnya saserahan atau barang hantaran. Adanya peningset ini adalah sebagai simbol bahwa lelaki yang melamar itu telah siap untuk bertanggung jawab dan memenuhi segala kebutuhan istrinya kelak. Peningset ini umumnya diberikan di hari yang sama sebelum akad nikah dilaksanakan, tapi bisa juga diberikan hari-hari sebelumnya. Menurut adatnya Mas, barang-barang hantaran ini diberikan pada saat lamaran.

Tentang isinya ya itu tadi, tergantung dari kebutuhan si gadis, makanya disarankan kita *sebagai si gadis* meluangkan waktu untuk keperluan belanja itu. Berdasarkan referensi dari beberapa teman yang sudah menikah, isi peningset itu antara lain : 1 set alat make up, 1 set pakaian, sepatu atau sandal, 1 set alat mandi, 1 set alat ibadah, sprei, tas, dan lain-lain sesuai kebutuhan si gadis.

Untuk hari spesial itu, aku sama Mas sepakat untuk ada acara tukar cincin. Jadi sebelum hari H lamaran, kita udah nyari dan ngukir inisial nama dan tanggal bersejarah kita. Aku tak tahu pasti di mana seharusnya cincin pertunangan itu disematkan, tapi waktu acara kemarin cincin itu ditaruh di jari manis tangan kiri, baru nanti waktu akad nikah cincin itu dipindah ke jari manis tangan kanan.

Naaah, karena waktu beli kita ngukur cincin pake jari manis tangan kanan dan dalam keadaan lagi gendut-gendutnya, makanya waktu cincin itu dipakaikan di jari manis tangan kiri jadi longgar bangeeeet.. *hahahahaha...* Alhasil beberapa waktu setelah acara kelar dan itu cincin masih aja longgar, kita sepakat mindahin cincin itu ke jari tengah tangan kiri.

Alhamdulillah, hari itu acara berjalan lancar jaya, meski rombongan dari Surabaya dan Lamongan datang dua jam lebih lambat dari waktu yang dijadwalkan. Hari itu, kedua pihak keluarga berembuk lagi soal tanggal pernikahan. Keluarga Mas sudah punya beberapa alternatif tanggal yang didapatkan sesuai dengan “perhitungan” tanggal baik. Dan berdasar kesepakatan yang menjunjung tinggi adat budaya, ditetapkanlah tanggal yang menurut dua belah pihak adalah tanggal terbaik.

i called this; a miracle :)

5.9.12

Gelak Tawa dari Kota Dingin

Sudah lepas adzan Isya’ waktu dua vixion yang kami tumpangi masuk ke halaman rumah Dini yang ada di batu. Itulah salah satu alasan Dini harus ikut ke Malang, karena dia punya rumah di sana. Hahaha... *peace din*

Karena terus-terusan diguyur hujan sepanjang perjalanan, maka malam itu kami memutuskan untuk menghangatkan diri. Istirahat, makan, ngobrol dan nonton tipi.

Sejak sepeda motor yang kutumpangi bergerak menjauhi Surabaya, aku seperti meninggalkan semua yang ada di sana, terutama perasaan-perasaan galau yang belakangan bikin otak dan hati kram. Aku berangkat dengan harapan aku bisa menemukan sedikit titik terang, atau paling ndak aku bisa memberikan sedikit saja ruang yang lebih luas untuk bernapas lebih bebas. *bahasa penulisku mulai muncul. hahahaha... *

Hari minggu itu, dimulai dengan para lelaki yang memandikan motor-motor mereka karena mereka ngerasa ndak keren kalo ada sedikit aja sisa lumpur nempel di motornya. Aku dan Dini bersih-bersih rumah dan menjemur semua pakaian yang basah gara-gara hujan kemarin.

menyiapkan kendaraan tempur

Tujuan pertama kami adalah sarapan di deretan warung yang ada di Payung. Ingat-ingat akhir tahun lalu waktu pertama kali ke sana, pemandangan dari sini kelihatan keren. Ya nongkrong di warung dengan desain tempat yg tinggi, seperti di rumah pohon dan di bawah kelihatan lampu-lampu kota malang. *pertama kali ke sana malem hari*

sarapaaaaaaaaaann :D

Hari itu payung tak terlihat terlalu istimewa karena tak ada gemerlap lampu-lampu kota dari tempat kami duduk. Kelar sarapan perjalanan lanjut ke Paralayang, tempatnya di puncak pujon. Dari sini kita bisa lihat kota Malang dari atas, dan hampir seluruhnya terlihat. Kenapa dinamakan Paralayang? Itu karena kalo siang, ada permainan terjun pakai layangan lebar *mungkin ini yang namanya paralayang :D* dari puncak ini sampai ke landasan yang sudah dipatok dibawah sana.

Menikmati udara dingin di sana seperti mengalirkan energi kebahagiaan tersendiri. Kurasa kami berempat sama-sama merasakannya. Mereka bertiga yang biasanya sibuk dengan rutinitas kantor yang menjemukan dan aku yang kala itu sibuk dengan urusan hati. *soal kerjaan waktu itu ndak terlalu mikir, kalah sama urusan hati. Wkwkwkwkwkwk...*

Paralayang - Puncak Pujon
Puas foto-foto di sana, kami melanjutkan perjalanan ke Cubanrondo. Dalam perjalanan turun dari puncak Pujon, aku dan David terlibat pembicaraan aneh :D

David : pemandangannya keren, kalo merid di situ keren juga kali ya?
Aku : iyaa, keren bangeeeeeeeeett. Aku juga mau kalo merid di situ, kereeeeeeeenn
David : he em, nanti akadnya di atas situ, trus tamunya di bawah, jadi kalo mau makan harus turun dulu
Aku : hahahahahaha... kasian Vid *sambil geleng-geleng*
David : kira-kira ada ndak ya orang yang kepikiran dan beneran merid di situ?
Aku : kalo yang merid aku sama kamu, mungkin paling Vid *ngakak tiada tara*
David : waaaah, bener-bener *ikutan ngakak*
*hadeeeeeeeeeeeeeeeeeehh*

Cubanrondo adalah wisata alam dengan panorama utama air terjun. Air terjun di sini dingiiiiiiiiiiiiiiiin *ya iyalah, kotanya aja kota dingin* dan hamper ndak ada manusia yang berani turun dan bermain di bawah air terjun.

Dan di sana, ngapain lagi kalo ndak narsis-narsisan. Foto sana foto sini, pose ini pose itu. Ada yang lucu waktu sesi foto-foto ini. Waktu itu, ada batu besaaaar sekali dan aku mikir, kayaknya bagus kalo foto di sini, apalagi background-nya pas banget, pas di depan air terjun. Naiklah aku ke batu itu dan teriak-teriak ngajak Dini, David dan Topik buat ikutan naik. Respon paling cepet dating dari David, karena memang dia yang posisinya paling deket sama itu batu gede. Dan waktu udah sampe di atas batu, aku sama dia pose berdua.

Ndak tau dari mana datangnya, tiba-tiba aja David ambil pose kayak orang lagi menyatakan cinta. Jadi dia setengah berlutut gitu. Dan karena keriangan hari itu, spontan aja aku bilang, “Pake bunga dong, biar lebih bagus!” Dan Topik-lah yang jadi antusias nyari, metik dan ngasih bunga itu ke David. Dan akhirnya jadilah pose ini. Huahahahaha...

pose dadakan yang asik :D :*


ini yang berempat *peluuuuuk*
Kepulangan kami ke rumah Dini dinaungi rintik hujan. Sudah begitu dinginnya udara, masih ditambah hujan lagi. Untunglah sedia obat masuk angin waktu itu. Xixixixixi...

Sepanjang perjalanan pulang, aku banyak ngobrol sama David. Banyak hal tentang hidup yang pernah dilewatinya diceritakan ke aku. Pengalaman-pengalaman, juga pelajaran yang diambilnya dari masa lalunya. Satu kalimat yang kuingat benar adalah, “Hidup itu ndak usah dibikin ngoyo, karena semua udah ada yang ngatur. Jalani saja dengan usaha maksimal dan dilanjutkan dengan tawakal.”

Langit kota dingin yang mendung sedari pagi sudah semakin gelap ketika kami kembali ke rumah. Tak ada lelah badan, yang ada lelah tertawa. Ya, hari itu aku menyadari kalo sudah banyak sekali hal baik dan indah yang sudah aku tinggalkan demi urusan hati ini. Sepertinya aku memang terlalu larut dalam perasaan yang mustinya lebih bisa kukendalikan, hingga aku lupa cara untuk bahagia.

Malam itu, kami melewatkan waktu dengan aktifitas yang berbeda-beda. Topik sibuk dengan tilpun-tilpunan sama pacarnya, Dini yang katanya terlalu capek dan lebih memilih istirahat *sebenernya capek hati dia ini, urusan cinta juga :D* dan aku sama David yang milih keluar mencari makan malam, dan tujuan utama mencari es cendol.

Kenapa es cendol? Entahlah, minuman itu yang tiba-tiba saja terlintas di pikiranku waktu aku sama David lagi becanda soal nyidam-nyidamannya ibu hamil. Dan benarlah, dia mencarikan tempat makan yang menyediakan menu es cendol. Malam itu menu makan kita adalah ayam luna maya (tulang lunak_red) dan es cendol. Dan David punya janji menemaniku naik kincir angin di alun-alun Batu. Hohohoho...

es cendol, biar baby-nya ndak ngiler *hadeeeeh*
Aku berangkat tidur paling cepat malam itu, terlalu lelah rasanya dan kakiku baru saja diserang kram waktu perjalanan pulang dari misi mencari es cendol. Aku terbangun saat sudah lewat tengah malam, mereka semua sudah lelap. Kupandangai wajah mereka satu per satu, Dini, Topik dan David. Ah, betapa bodohnya aku selama ini, mau saja dibawa oleh arus rasa yang tak karuan.

Di sepertiga malam itu, aku berjanji pada diriku sendiri untuk memulai segalanya dari awal lagi, aku berjanji pada diriku sendiri untuk bahagia. Ya, aku bisa mengusahakan kebahagiaanku sendiri dan ndak harus membelenggu diri untuk sesuatu yang tak kuinginkan ada.

Dan hari itu, aku pulang ke Surabaya dengan seorang yang baru. Meski aku belom berani untuk mulai memimpikan sesuatu, tapi setidaknya hari itu aku punya daya untuk bangkit, berdiri tegak dan bersiap untuk menjemput tawa-tawa bahagia.

4.9.12

The First Time We Met (Again)

Januari 2012..
Di suatu sore yang galau, sebuah sms mampir ke hp-ku. Dari Dini, seorang teman masa KKN yang paling dekat denganku.

Dini : “Nduk, arek2 mau ke malang lho tanggal 7 besok. Kamu ikut ndak?”

Aku : “Maauuu, tapi kalo kamu juga ikutan :D”

Dini : “Kalo kamu ikut, aku juga ikut. Ndak asik kalo ndak ada kamu”

Aku : *hadeeeeh* “Asiiiiiikk... Oke deh, aku ikut din”

Kulingkari tanggal 7 di kalender bulan Januari. Rasa-rasanya aku benar-benar sedang butuh liburan. Belakangan memang lagi galau tingkat dewa dan mengakibatkan terserang berbagai macam penyakit sekaligus penurunan berat badan yang cukup signifikan *ah, lebay*

Tapi memang serius, akhir tahun 2011 dan awal tahun 2012 kemarin kurasakan sebagai saat-saat terberat dalam hidupku yang udah hampir seperempat abad ini. Ya, waktu itu aku seperti ada di titik terendah dalam hidupku, terpenjara dalam ruang hampa udara yang kuciptakan sendiri. Bertahun-tahun mencari jalan keluar, sampe pasrah, dan sampe nemu daya lagi dan tau gimana harus keluar, tapi malah dibungkam sama keluarga.

Penasaran yaa masalahnya apa? :p

Yang jelas masalah cinta *eciyeeeeeeeeehh* tapi sepertinya bukan pada tempatnya kalo dibahas di sini. Lagian, it’s so yesterday. Aku sudah bisa berdamai dengannya, jadi hanya pelajaran yang kuambil dari situ, tentang bagimana seharusnya lelaki memperlakukan perempuan yang akan disayanginya, bahkan yang berniat dijadikannya istri dan tentang kuasa Allah membolak-balikkan hati manusia. Lain kali saja dibahas :p

And it’s the day. Tanggal 7 pagi itu aku sms Dini, karena setelah sms ajakan itu, dia hilang. Di sms balasannya, Dini bilang acara itu ditunda seminggu kemudian, tanggal 14, karena hari itu banyak temen-temen yang berhalangan ikut. Sudah feeling ndak enak aja neh, soalnya kalo udah begini ini biasanya banyak batalnya. Hahahaha...

Dan akhir pekan itu kulewatkan dengan menjadi patung hidup dengan topeng senyum karena harus memenuhi tuntutan peran sebagai pidana ruang hampa udara dan pergi ke probolinggo. Akhir minggu yang kurasa sangat berat dan berbuntut panjang karena minggu berikutnya aku lebih seperti pesakitan yang menunggu hukuman gantung. *lebay banget yak?*

Kabar yang bisa membuatku sedikit tersenyum itu datang di tengah minggu. David, seorang teman semasa KKN juga woro-woro tentang acara tanggal 14 itu. Dan aku mencatatkan namaku di deretan orang-orang yang sedang butuh liburan singkat akhir pekan itu. Tanggal 14 Januari itu, hari Sabtu, dijadwalkan berangkat sore.

Mendekati harinya, Jumat malam tepatnya *saat itu aku lagi nginep di rumah ratu galau alias priesta* aku mulai mikir, kira-kira siapa yang bisa kukorbankan buat memboncengiku dari Surabaya ke Malang? Karena ndak mungkin aku bawa sepeda motor sendiri, mengingat kondisi sepeda motor yang sama sekali tak tahan banting kalo dipakai jalan jauh, apalagi menanjak.

Akhirnya kuputuskan untuk ngirim bbm *kebetulan udah tukeran pin waktu itu* si David yang waktu itu jadi ketua rombongan. Dan dengan sukarela dia menawarkan diri untuk menjadi korbanku. Malam itu juga aku mulai membayangkan pegelnya badan ini kalo diboncengin pake vixion dari Surabaya ke Malang. Tapi tak apalah, demi otakku yang mungkin bakal gila kalo ndak diajak liburan.

Dan hari itu datang. Sore itu, lepas ashar, David nongol di depan pagar kostku. Teman-teman yang lain sepakat ketemu di KFC A.Yani jam 3.30 sore. Sesampainya di KFC, David pesen menu ringan sambil nunggu yang lain dateng. Dan ada sedikit pembicaraan yang bikin cegek.. :D

Aku : udah lama ya kita ndak ketemu, udah lama juga ndak keluar bareng temen-temen KKN

David : iyaa, udah dari lulus ya? Paling yang sering ketemu ya cuma beberapa

Aku : eh, ini nanti siapa aja yang ikut?

David : bang Roy sama Wiyung mau ikut katanya, tapi semalem bang Roy kena musibah, kakeknya meninggal. Jadi dia ke Tulungagung hari ini

Aku : dan otomatis mas Indra (Wiyung) juga ndak jadi ikut dong?

David : sepertinya begitu

Aku : trus siapa lagi yang bilang bisa ikut?

David : Topik sama Dini *mringis

Aku : jadi kita berempat aja neh? *melongo tiada tara

David : iyaa, yang penting bisa refreshing *mringis lagi

Aku : *hadeeeeeeeeeeeeeeeh*

menu menunggu :D


Dan perjalanan Surabaya – Malang pun ditempuh oleh dua motor vixion dengan masing – masing bawa dua penumpang. Serunya lagi, sore itu langit mendung tebal. Baru aja sejengkal masuk Sidoarjo, hujan deras mengguyur dan alhasil sepanjang perjalanan kita berhujan-hujan ria, tapi pake jas hujan koq. Hehehe...

To be continue...

2.9.12

The Bridal Diary

It's 10 sundays from now!!

Yup! Terhitung 10 minggu dari sekarang sampai this big day coming! Agak terlambat mungkin kalo aku baru mulai menuliskan “perjalanan” kisah ini sekarang. But it’s better late than never.. ^^

Sebenernya niat untuk mengabadikan sejarah ini dalam bentuk tulisan sudah lama ada, bahkan sebelum ada calon resminya, tapi dasar pemalas, ada aja alasan buat ngeles dari urusan tulis menulis ini. Hahaha...

Orang bilang, tak ada yang bisa diambil dari masa lalu kecuali kenangan dan pelajaran yang bisa membuat masa sekarang dan masa depan yang lebih baik. So, untuk dua alasan itu, aku bertekad bulat menuliskan ini.

And the story was begin...
*teterereettereeeeeeeeeeeeett* =))

agenda setahun plus diary :)

8.8.12

Hukum Pernikahan Menurut Islam

Yang udah mulai mikir soal merid tapi masih galau *eeaaaaaaa...* cekidot yang ini :D 

1. Pernikahan Yang Wajib Hukumnya
Menikah itu wajib hukumnya bagi seorang yang sudah mampu secara finansial dan juga sangat beresiko jatuh ke dalam perzinaan. Hal itu disebabkan bahwa menjaga diri dari zina adalah wajib. Maka bila jalan keluarnya hanyalah dengan cara menikah, tentu saja menikah bagi seseorang yang hampir jatuh ke dalam jurang zina wajib hukumnya.
Imam Al-qurtubi berkata bahwa para ulama tidak berbeda pendapat tentang wajibnya seorang untuk menikah bila dia adalah orang yang mampu dan takut tertimpa resiko zina pada dirinya. Dan bila dia tidak mampu, maka Allah SWT pasti akan membuatnya cukup dalam masalah rezekinya, sebagaimana firman-Nya :
Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi.(QS.An-Nur : 33)

2. Pernikahan Yang Sunnah Hukumnya
Sedangkan yang tidak sampai diwajibkan untuk menikah adalah mereka yang sudah mampu namun masih tidak merasa takut jatuh kepada zina. Barangkali karena memang usianya yang masih muda atau pun lingkungannya yang cukup baik dan kondusif.
Orang yang punya kondisi seperti ini hanyalah disunnahkan untuk menikah, namun tidak sampai wajib. Sebab masih ada jarak tertentu yang menghalanginya untuk bisa jatuh ke dalam zina yang diharamkan Allah SWT.
Bila dia menikah, tentu dia akan mendapatkan keutamaan yang lebih dibandingkan dengan dia diam tidak menikahi wanita. Paling tidak, dia telah melaksanakan anjuran Rasulullah SAW untuk memperbanyak jumlah kuantitas umat Islam.
Dari Abi Umamah bahwa Rasulullah SAW bersabda,\”Menikahlah, karena aku berlomba dengan umat lain dalam jumlah umat. Dan janganlah kalian menjadi seperti para rahib nasrani. (HR. Al-Baihaqi 7/78)
Bahkan Ibnu Abbas ra pernah berkomentar tentang orang yang tidak mau menikah sebab orang yang tidak sempurna ibadahnya.

3. Pernikahan Yang Haram Hukumnya
Secara normal, ada dua hal utama yang membuat seseorang menjadi haram untuk menikah. Pertama, tidak mampu memberi nafkah. Kedua, tidak mampu melakukan hubungan seksual. Kecuali bila dia telah berterus terang sebelumnya dan calon istrinya itu mengetahui dan menerima keadaannya.
Selain itu juga bila dalam dirinya ada cacat pisik lainnya yang secara umum tidak akan diterima oleh pasangannya. Maka untuk bisa menjadi halal dan dibolehkan menikah, haruslah sejak awal dia berterus terang atas kondisinya itu dan harus ada persetujuan dari calon pasangannya.
Seperti orang yang terkena penyakit menular dimana bila dia menikah dengan seseorng akan beresiko menulari pasangannya itu dengan penyakit. Maka hukumnya haram baginya untuk menikah kecuali pasangannya itu tahu kondisinya dan siap menerima resikonya.
Selain dua hal di atas, masih ada lagi sebab-sebab tertentu yang mengharamkan untuk menikah. Misalnya wanita muslimah yang menikah dengan laki-laki yang berlainan agama atau atheis. Juga menikahi wanita pezina dan pelacur. Termasuk menikahi wanita yang haram dinikahi (mahram), wanita yang punya suami, wanita yang berada dalam masa iddah.
Ada juga pernikahan yang haram dari sisi lain lagi seperti pernikahan yang tidak memenuhi syarat dan rukun. Seperti menikah tanpa wali atau tanpa saksi. Atau menikah dengan niat untuk mentalak, sehingga menjadi nikah untuk sementara waktu yang kita kenal dengan nikah kontrak.

4. Pernikahan Yang Makruh Hukumnya
Orang yang tidak punya penghasilan sama sekali dan tidak sempurna kemampuan untuk berhubungan seksual, hukumnya makruh bila menikah. Namun bila calon istrinya rela dan punya harta yang bisa mencukupi hidup mereka, maka masih dibolehkan bagi mereka untuk menikah meski dengan karahiyah.
Sebab idealnya bukan wanita yang menanggung beban dan nafkah suami, melainkan menjadi tanggung jawab pihak suami.
Maka pernikahan itu makruh hukumnya sebab berdampak dharar bagi pihak wanita. Apalagi bila kondisi demikian berpengaruh kepada ketaatan dan ketundukan istri kepada suami, maka tingkat kemakruhannya menjadi jauh lebih besar.

5. Pernikahan Yang Mubah Hukumnya
Orang yang berada pada posisi tengah-tengah antara hal-hal yang mendorong keharusannya untuk menikah dengan hal-hal yang mencegahnya untuk menikah, maka bagi hukum menikah itu menjadi mubah atau boleh. Tidak dianjurkan untuk segera menikah namun juga tidak ada larangan atau anjuran untuk mengakhirkannya.
Pada kondisi tengah-tengah seperti ini, maka hukum nikah baginya adalah mubah.

So, ada di posisi yang mana kamu? :) 


Source : http://elfadhi.wordpress.com

 
Design by Free Wordpress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Templates