9.3.12

Give it back to Allah


Ada kalanya urusan hati dan pikiran itu berpengaruh pada berat badan. Itu status FB yang kutulis beberapa hari yang lalu, hari pertama pulang ke rumah. Yup, timbangan badan adalah yang pertama kali kutuju saat baru masuk ke dalam rumah (maklum di koz nggak ada timbangan). Dan betapa shock-nya aku demi melihat angka di timbangan itu. Aku benar-benar mencapai berat badan maksimal.

Cuma 2 bulan, berat badanku naik 3 kg. Padahal biasanya butuh waktu berbulan-bulan hanya untuk naik 1-2 kg. Dan yang lebih parah angka berat badan itu mencapai batas maksimal, ini adalah pertama kalinya berat badanku sampai di angka itu. Bukan, aku bukan cewek yang pusing sama berat badan. Hanya saja ini bener-bener amazing.

Aku masih inget, akhir tahun lalu, bulan Desember lalu aku baru saja kena serangan lambung. Gara-gara galau tiada tara, aku tak doyan makan, badan kurus kering, muntah setiap kali makan, sampai-sampai kena infeksi lambung. Setelah itu, meski tiap pagi harus bangun dengan perut tak enak, berat badanku mulai kembali ke asal. Angka stabil.

Mungkin memang urusan hati dan pikiran itu berpengaruh pada berat badan, apalagi buat perempuan. Setidaknya itu berlaku buatku dan beberapa orang teman perempuan. Mungkin karena pada dasarnya perempuan memang makhluk pemikir, over sensitive, tak terlalu lihai mengendalikan perasaan dengan pikiran yang lebih logis. Bisa jadi karena perempuan punya rahim, makhluk penyayang. J

Ada banyak pelajaran yang aku ambil, selain bahwa urusan hati mempengaruhi berat badan. Hehehehehe…
Ketika dirundung masalah, diterpa suatu hal yang menyakiti hati dan mengusik pikiran, atau bahasa ABG sekarang “galau” seorang cenderung lupa segalanya. Yang ada di pikirannya adalah masalah itu, dan kadang kita berkutat mencari di mana jalan keluarnya. Kadang, saat seperti itu kita bahkan lupa caranya bahagia.

Wajar memang, ketika hati tak nyaman, pikiran tak tenang, rasanya semua sel dalam tubuh melemah. Tak ingin melakukan apa-apa, tak ingin memikirkan apa-apa selain persoalan yang ada. Banyak berharap, banyak kecewa. Kadang, kita bahkan memilih untuk terlelap, karena hanya dengan cara itu hati tak merasakan apa-apa dan otak tak memikirkan apa-apa. Berharap ketika bangun, akan ada titik terang, tapi itu tak pernah terjadi. Segalanya tetap sama. Hati tetap tak nyaman. Pikiran tetap tak tenang. Dan masalah masih merundung.

Allah mengingatkanku dengan infeksi lambung. Menamparku dengan kenyataan yang memupuskan harapan. Hingga akhirnya membuatku benar-benar berpikir bahwa Allah memiliki rencana yang indah di balik semua masalah itu. Then, I give it back to Allah.

Iya, aku harus melukai lambungku dulu untuk sampai pada kesadaran itu. Aku harus menahan sakit perut setiap pagi dalam proses penyembuhannya. Aku harus rela siklus periodikku berantakan karena beban pikiran yang mempengaruhi stabilitas hormonal. Dan aku harus menguras tabungan untuk obat-obat yang harus kutebus.

Sebuah titik balik yang sama sekali di luar dugaan. Ketika aku berdamai dengan diriku sendiri, kembali merasa nyaman dengan diriku sendiri. Aku kembali tertatih belajar bersyukur seperti bayi yang baru belajar berjalan. Tabir demi tabir terbuka, hingga mataku benar-benar bisa melihat dan aku bisa menentukan sikap.

Titik balik yang sederhana itu menuntunku untuk kembali berani merangkai mimpi. Dan tanpa kusadari ada banyak hal yang sudah aku tinggalkan demi memenuhi ego galau itu. Bersyukur, tersenyum, tertawa, bahagia.

Yang terpenting, saat “galau” itu kita sering kali lupa bahwa hidup ini bukan sepenuhnya milik kita. Dialah yang sebenar-benarnya memiliki hidup kita. Dia pula yang telah menggariskan segala sesuatu tentang kita, jalan hidup kita. Dan sering kali, kita tak menyadari bahwa Dialah yang paling mengerti yang terbaik untuk kita. Dia selalu memberikan yang terbaik, menyediakan akhir paling indah dan sempurna, meski kadang kita harus menempuh jalan berputar untuk mencapainya.

Give it back to Allah.

Kita hanya harus berusaha semaksimal mungkin dan berdoa sebanyak mungkin. Dia tak akan pernah meninggalkan kita dan akan selalu memberikan yang terbaik.

Dan inilah hasilnya. Ibuku bilang aku sudah benar-benar menemukan apa yang aku cari. Dan bahagia ini adalah ujian dari-Nya. Hati yang tentram ini, yang sudah membuat berat badanku naik tak karuan, adalah harga yang aku dapat dari usahaku untuk bahagia. Aku tak tahu apa yang akan terjadi di depan. Apa ketentraman hati ini benar takdirku atau hanya rangkaian jalan berputar yang harus kutempuh. Apa keberanian untuk merangkai mimpi masa depan ini akan terbayar nyata.

Yang pasti aku akan tetap berusaha untuk bahagia. Aku akan berusaha mengunci hal-hal tidak menyenangkan yang ada dengan bersyukur, berpikir bahwa inilah yang terbaik yang terberi dari-Nya. Aku hanya akan mengusahakan yang terbaik dan berdoa untuk yang terbaik. Endingnya, itu sudah jadi urusan Allah.

Kamu?






malam (lagi)

malam, 
apakah langitmu berbintang? 
jika iya, kenapa tak bisa kulihat satu pun? 
aku rindu.. 

malam, 
taukah kau? langitku gelap kini 
tanpa bintang, tanpa titik cahaya, tanpa harap 
hanya pekat.. 

malam, 
maafkanlah.. 
aku yang tak mengerti kemana terangmu memancar 
aku yang tak mampu menerawang pekatmu 
aku yang tak paham dengan redupmu 
maafkanlah... 

malam, 
aku merindu dinginmu 
aku merindu gemintangmu 
aku merindu pekatmu 
aku merinduimu...



nemu di note fb,
dated september 26th 2011

 
Design by Free Wordpress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Templates