Kita semua pasti pernah mengalaminya. Saat sesuatu yang tidak
menyenangkan terjadi, kita akan bertanya, “kenapa aku harus mengalami hal ini?”
Saat kenyataan tak sejalan dengan apa yang kita harapkan, kita akan bertanya,
“kenapa ini yang terjadi padaku?”
Bertanya dan bertanya. Tanpa kita sadari itulah yang sering
kali kita lakukan, terutama ketika ada hal-hal buruk, yang tak menyenangkan,
yang mengusik ketenangan.
Banyak orang sering kali menyerahkan semua pada waktu.
Berharap waktu akan bisa menjawab semua pertanyaan mereka tentang hidup.
Menunggu dan menunggu, hingga jawab itu muncul di depan mata. Mereka yang
bernasib baik akan bisa menyadarinya dengan segera, yang tidak harus menunggu
entah sampai kapan.
Tahukah kalian, kawan? Nasib baik itu bisa dicari, bisa
diusahakan. Jika sudah menyebut usaha, tentu ada daya yang harus dikeluarkan
demi menghadapi setiap halangan yang ada dalam pencapaian tujuan. Ada yang melaluinya
dengan perenungan panjang, ada juga yang meminta nasehat pada orang yang
dianggapnya lebih mengerti. Ada yang berhasil, ada yang gagal.
Yang jelas, pertanyaan demi pertanyaan itu akan terjawab
satu per satu. Seperti doa yang senantiasa kita haturkan pada Sang Pemilik
Hidup. Ada yang jawabannya sesuai dan segera, ada yang ditunda, ada yang berbeda.
Yang terakhir ini, yakinlah Dia punya rencana yang lebih indah. Dan cara paling
mujarab adalah dengan bersyukur, sebaik dan seburuk apapun hal yang kita terima
dan hadapi.
Bersyukur pada apapun yang telah Dia berikan. Segala
kesedihan, semua rasa kesal dan sesal, seluruh hal-hal buruk yang pernah
terjadi seolah luruh tak membekas. Ketika syukur itu berhasil dipanjatkan,
ketika tanya itu terjawab satu demi satu dengan kesyukuran setulusnya.
Semoga kesyukuran ini selalu ada dan terjaga dalam diri
kita. Aamiin Ya Allah..
“Sebaik-baiknya rencana manusia, rencana Tuhan untuk manusia
adalah yang terbaik dan sempurna.”
Tentang Cinta
Tentang debar bahagia yang menggetarkan hati, seperti aliran
listrik yang menyatu dengan jalan darah, mengaliri setiap inchi tubuh kita.
Tentang rona merah di kedua pipi dan mata berbinar penuh harap. Tentang pesona
yang seolah menisbikan alasan untuk berhenti mengaguminya. Tentang harap-harap
cemas saat menantikan kehadirannya di sisi, berharap bisa selalu melewati
setiap waktu bersama-sama.
Tentang rindu yang seakan tak pernah habis dimakan waktu.
Tentang mimpi-mimpi indah yang terajut dalam bingkai penuh harap akan bisa
mewujudkannya bersama suatu saat nanti.
Dialah cinta, dialah kasih, dialah sayang. Dialah yang
memberikan keluasan hati untuk saling memberi dan menerima. Dialah yang
menciptakan keluasan pikiran untuk selalu berbaik sangka. Dialah yang
mengajarkan untuk selalu ikhlas dan sabar dalam menghadapi hal-hal buruk.
Dialah yang mengingatkan ketika jalan kita mulai tak terarah.
Dialah yang selalu dan senantiasa berusaha mendampingi, yang tak pernah
meninggalkan di saat sedih dan bahagia. Dialah yang selalu ingin menjaga dan
menyembuhkan luka serta duka. Dialah yang menguatkan di saat lemah dan
terjatuh.
Dialah cinta, dialah kasih, dialah sayang. Dialah kemauan
untuk saling mendengarkan dan memahami, saling memberi dan menerima, saling
mengingatkan dan menjaga. Dialah tekad untuk saling setia, saling menghormati,
saling mendukung, dan saling mengasihi. Cinta adalah saling, yang tanpanya
cinta akan menjadi pincang.
Dialah cinta, dialah kasih, dialah sayang. Dialah anugerah
terindah yang Tuhan berikan untuk kita. Dialah kamu. Kamulah cinta, kamulah
kasih, kamulah sayang.
Kamulah mata air bahagiaku. Kamulah pelita dalam gelapku. Kamulah
rumah tempatku akan selalu pulang. Kamulah mimpiku. Kamulah masa depan dunia
dan akhiratku. Kamulah jawaban terbaik yang Tuhan berikan untukku.
“Ketika segala sesuatu yang kubutuhkan telah kudapatkan darimu, aku tak lagi punya alasan untuk
mencarinya dalam diri orang lain.”
Bahagia dalam Bingkai Sederhana
Dan semua ini akan terasa sempurna karena bersyukur. Tak
perlu menuntut sesuatu yang mewah, tak harus mengukur bahagia dari materi, tak
perlu meminta untuk mendapati, tapi niat, usaha dan apa yang telah diberikan
dalam bingkai kesederhanaan sudah lebih dari cukup untuk bahagia.
Karena yang terpenting adalah menerima kelemahan,
kekurangan, dan kelebihannya. Karena kita tak perlu sibuk mencari yang
sempurna, ketika hal yang sederhana mampu membahagiakan kita.
”Semoga bahagia akan selalu menyertai setiap langkah hidup
yang kami tapaki, di setiap syukur yang terberi. Aamiin Ya Rabb..”
(David dan Dian)