Punya seseorang yang memperhatikan dan melindungi kita, itu pasti
menyenangkan. Kita jadi kayak punya alarm yang otomatis akan berbunyi kalo
sesuatu yang “ndak baik” akan “menerkam” kita. Lagian, orang mana -utamanya
perempuan- yang ndak mau diperhatiin dan dilindungi. Mungkin nyaris tak ada. Tapiiii,
kalo perhatian dan perlindungan ini kelewat batas, kadang jadi sebel juga, iya
ndak? Hehehe...
Nah, yang namanya batas itu juga relatif, tiap orang punya
standart sendiri-sendiri soal batasnya. Seperti baik dan buruk, benar dan
salah. Beda kepala, beda sudut padang, beda latar belakang, tentu akan beda
pula memaknainya. Kadang yang kita rasa cukup, dianggap berlebihan oleh orang
lain. Sebaliknya, yang dianggap cukup sama orang lain, justru terasa berlebihan
buat kita.
Tulisan ini ada bukan tanpa alasan, bukan juga tanpa suatu
kejadian yang akhirnya memunculkan rasa ingin tau dan akhirnya jadi rasa ingin
berbagi. Kali ini sumbernya dari pengalaman pribadi.
Yang akan kubahas di sini adalah sifat protektif. Sempat terpikir,
bertanya-tanya, bahkan sampai browsing, apa protektif itu sama dengan posesif? Keduanya
sama-sama “ngatur” dan “membatasi” dan kalo berlebihan bisa bikin ndak nyaman
pasangan dan berdampak pada ndak nyamannya hubungan. Tapi sekali lagi,
berlebihan atau ndak itu relatif. Hehehe...
Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang kuakses online,
protektif itu bersangkutan dengan proteksi, bersifat melindungi. Dan posesif
bersifat merasa menjadi pemilik, mempunyai sifat cemburu. Dari sini sudah jelas
beda artinya, dan pasti akan beda juga dalam penerapannya.
Aku memiliki keduanya, tentu dengan kadar yang sewajarnya
*menurutku* dan semoga memang tidak berlebihan. Dan menurutku itu hal yang
wajar. Saat kita menyayangi seseorang, sifat-sifat semacam ini akan otomatis
muncul. Karena kita selalu ingin memperhatikan, melindungi, menjadi yang
terbaik, hingga merasa tak ingin kehilangan.
But, tentu saja musti masih dalam taraf normal, biar
hubungan tetep terasa nyaman untuk kedua belah pihak. Karena yang dicari dari
sebuah hubungan itu ndak jauh-jauh dari rasa aman dan nyaman untuk yang
menjalani hubungan itu. Karena saat sudah merasa nyaman, seorang pasti akan
selalu kembali, selalu setia.
Contoh protektif itu adalah ketika si dia sangat menjaga
waktu makanmu karena tau kamu punya sakit mag akut, atau dia yang ndak
membolehkanmu pulang larut malam sendirian karena kuatir akan terjadi hal buruk
di jalan, atau saat dia melarangmu berpergian jauh dalam waktu singkat karena
kuatir kamu akan capek lalu sakit.
Contoh posesif itu adalah ketika si dia melarangmu pergi
bersama teman-teman satu genk karena dia tau salah satunya ada yang menaruh
hati padamu, atau saat dia marah-marah kalo ada temen laki-laki datang ke
rumahmu padahal niatnya cuma main, atau saat dia selalu memantau kamu lagi ada
di mana, ngapain dan sama siapa.
Protektif itu didasari oleh rasa ingin melindungi, karena
dia khawatir dan tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada orang yang
disayanginya. Kalo berlebihan tentu bisa memunculkan rasa tak nyaman, karena
yang “dijaga” jadi merasa disepelekan, dianggap anak kecil yang musti dijagain
segala sesuatunya. Dan yang “menjaga” pun merasa tak nyaman, sering kali
khawatir akan terjadi hal buruk, dan kekhawatiran ini meningkatkan nalurinya
untuk melindungi.
Posesif itu didasari oleh rasa memiliki dan diikuti oleh
rasa takut kehilangan yang berlebihan. Rasa ini menelurkan naluri untuk
memberikan perhatian lebih, menjaga agar miliknya tak sampai hilang, pergi,
apalagi diambil orang. Rasa tak nyaman? Tentu saja ada. Yang dijaga akan selalu
merasa di-kepo, dan kebebasannya seolah hilang. Yang menjaga juga selalu
dihantui rasa khawatir dan takut kehilangan.
Protektif ini lebih bisa dimasukkan katagori positif, karena
tujuannya baik dan masuk akal *meski kadang ndak masuk akal juga saking
berlebihannya. Hohohohoho..*
Posesif lebih ke arah negatif, karena sering kali hanya
berdasarkan pada rasa curiga, cenderung mengekang dan tujuannya hanya karena
merasa memiliki dan tak ingin kehilangan.
Orang yang protektif belum tentu posesif, begitu juga orang
posesif belum tentu dia akan protektif juga. Dan kukira ini bukan harga mati
yang sama sekali tak bisa ditawar. Artinya soal seperti ini masih bisa
dibicarakan berdua, agar keduanya bisa merasa lebih nyaman menjalani hubungan. Lagipula,
kadang kita perlu untuk menjadi protektif ataupun posesif, untuk menunjukkan
kita saying. Hanya saja musti tau tempat dan tau waktu, dan terpenting tau
batasnya.
Orang bilang, saat kita menggenggam pasir terlalu erat, pelan-pelan butiran pasir itu akan lolos lewat celah jemari kita hingga habis. Dan saat kita hanya menaruhnya di atas telapak tangan tanpa melindunginya, angin bisa saja menerbangkannya hingga habis.
![]() |
source : ikhwan-kiri.blogspot.com |
0 komentar:
Posting Komentar