13.7.11

#8

Dear Heart,
Bukan maksudku untuk selalu menutup pintumu dan menguncinya rapat-rapat, tapi maafkanlah. Maafkan karena aku belum mampu membukakannya untuk siapapun. Maafkan karena aku belum mampu menepis ingatanku tentangnya.

Dear Heart,
Jingga di dindingmu masih juga kentara. Tentu kau selalu ingat betapa sinar surya kala senja adalah perekat yang manis untukmu dan dia. Kau dan dia, dua hati yang telah menjadi satu, saling mengisi dan melengkapi, meski kini terpisah di dua dunia yang tak lagi sama.

Pematang sawah, pantai berpasir putih, pucuk-pucuk cemara. Ketika hijau menjadi jingga. Ketika putih dan biru terbaur jingga. Semua terjadi ketika senja, karena memang hanya itulah waktu yang kau miliki bersamanya. Untuk saling meleburkan rasa. Kau dan dia tahu, meski tak ada kata terbisik dariku dan dia, pemilik kekasih hatimu.

Dear Heart,
Kau tahu benar, kemana hati itu bertuan. Sama seperti aku yang tahu benar kemana mata itu menatap. Ah, bahkan masih sangat lekat dalam ingatanku, bagaimana dia tersenyum, bagaimana mata itu menatapku dengan sangat teduh, penuh dengan kelembutan dan kasih sayang.

Bagaimana mungkin bisa kita lupa pada dia, yang bersamanya impian dan harapan telah terangkai sempurna. Bagaimana mungkin kita lupa pada kehangatan senja yang serupa dengan hangat kasihnya. Kau dan aku sama-sama memahami, bahwa tak ada yang lebih indah dari sebuah pertautan. Bahwa tak ada yang lebih hangat dari senja. Bahwa senja ini selalu membawa kehangatan berlebih.

Dear Heart,
Hari ini ada cinta datang mengetuk. Dan aku masih tak berani membukakan gembok pintumu. Aku hanya mengintipnya dari jendela. Lihatkah kau, ketika ia datang dengan seikat mawar putih pertanda ketulusan hatinya untukmu? Lihatkah kau, di depan pintumu dia memamerkan senyum terhangat dan tatapan mata paling teduh?

Dia datang ketika birunya langit telah menjadi jingga karena ulah sang surya. Aku tak bergeming dari jendela. Membiarkannya terus berdiri membelakangi senja yang perlahan terusir petang. Apakah kau merasakan dingin seperti yang aku rasakan? Aku bahkan telah menggigil kini.

Masih terlalu banyak jingga di dindingmu. Masih terlalu pekat bayangnya di dirimu. Akankah kau memintaku membukakan pintu dan mempersilakannya menata dirimu kembali?

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free Wordpress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Templates