4.7.11

#9

Pernahkah kau merasakan rindu yang begitu menggebu? Rindu setengah mati hingga membuat makanan favorit jadi tak sedap, bahkan untuk sekedar dipandang. Rindu menggila hingga mata terus terjaga dari pagi ke pagi. Rindu sepenuh hati hingga seluruh tubuh merasakannya, bahkan di denyut nadi dan aliran darah. Rindu yang menyiksa. Tak doyan makan. Tak bisa tidur. Membikin seluruh saraf galau.

Rindu ini adalah rindu tanpa obat. Aku tak pernah benar-benar merasa tersembuhkan darinya. Tidak dengan pertemuan. Tidak dengan mendengar suaranya. Tidak dengan pelukan. Tidak dengan usapan di pipi yang teraliri air mata. Tidak dengan kebersamaam sepanjang waktu.

Mungkin hanya senja. Hanya dengan memandang senja perihnya rindu menjelmakan senyuman. Hanya dengan mengikuti perjalanan jingga mengusir biru langit tubuh membaik. Perut terasa lapar. Nadi berdenyut teratur. Darah mengalir lancar. Hanya dengan menikmati senja racun rindu itu justru menjadi penawar. Racun penawar racun.

Karena hanya senja yang mampu menghadirkan kembali berbagai kenangan. Mampu membuat mata ini terpejam. Menumbuhkan nyali untuk menjejakkan kaki di dunia mimpi. Dunia penuh kenangan. Dunia tempat rindu melebur seperti es mencair karena udara panas. Dunia dengan seribu jenis bunga yang mekar bersamaan. Kupu-kupu aneka warna di putik sari bunga. Padang rumput yang hijau tenpa cela. Nyanyian bidadari surga yang melenakan kalbu.

Sayangnya, senja hanya datang sekejab. Saat sang surya telah terlalu lelah berpijar. Saat lalu lintas sedang berada di puncak kemacetan. Waktu yang kelewat sempit untuk menawar luka rindu. Kelewat sempit untuk mengecap madu rindu.

<img alt="" src="http://ukhtishalihah.files.wordpress.com/2011/02/senja.jpg" class="aligncenter" width="332" height="307" />

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free Wordpress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Templates