3.6.11

August Rush - Tentang Keyakinan

Apakah harapan dan keyakinan itu sama? Mungkin mirip, serupa tapi tak sama. Atau mungkin perbedaannya hanya sebatas sehelai rambut. Yang kentara, harapan tanpa keyakinan seperti tak berarti, dan keyakinan tanpa adanya harapan hanya akan menjadi penyesak hati.

August Rush. Film ini bertutur tentang sebuah keyakinan yang dimiliki oleh seorang anak pungut yang tinggal di panti asuhan Walden Country di New York. Anak laki-laki bernama Evan Taylor (<span style="text-decoration: underline;"><em><a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Freddie_Highmore" target="_blank">Freddie Highmore</a></em></span>) ini sudah menjadi penghuni Walden Country sejak dilahirkan. Dia tak pernah mengenal ibu bapaknya, ataupun keluarganya yang lain.

Evan memiliki sesuatu yang istimewa pada dirinya, sebuah intuisi yang sangat tajam pada suara. Di dalam dirinya tumbuh sebuah keyakinan bahwa semua itu adalah pemberian orang tuanya. Dan Evan percaya, jika dia bisa memainkan musik, mewujudkan suara-suara yang didengarna melalui alat musik, ia yakin orang tuanya pasti akan mendengar dan mereka akan tahu bahwa Evan adalah anak mereka.

Keputusan Evan untuk tetap tinggal di Walden Country dan selalu menolak diadopsi membuat Richard Jeffries (Terrence Williams) tersentuh hingga membuatnya memberikan kartu nama. Setulus hati, dia ingin membantu Evan.

Keyakinan dalam diri Evan lalu menuntunnya untuk pergi mencari orang tuanya. Berbekal kartu nama Jeffries, dia pergi ketika semua penghuni panti asuhan sedang terlelap. Ia tak punya tujuan, tapi suara musik yang didengarnya seolah menuntunnya menuju suatu tempat.

Louis Connelly (<span style="text-decoration: underline;"><em><a href="http://www.imdb.com/name/nm0001667/" target="_blank">Jonathan Rhys Meyers</a></em></span>) dan band-nya sedang berada di puncak karir. Perjuangan keras mereka di San Francisco akhirnya mampu membawa mereka sampai ke New York, di sebuah panggung dengan ribuan penonton. Louis suka menyendiri, menikmati malam gundah dengan berada di atas atap. Hal itu juga yang kemudian mempertemukannya dengan Lyla Novacek (<span style="text-decoration: underline;"><em><a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Keri_Russell" target="_blank">Keri Russell</a></em></span>).

Lyla adalah seorang Cellist. Konsernya sebagai pemain Cello utama malam itu menyedot perhatian masyarakat New York. Lyla tampil sangat mengesankan malam itu. Selesai konser, mereka mengadakan pesta. Bulan yang sudah purnama itu tak juga membuat gairah berpesta Lyla muncul, ida akhirnya memilih mencari tempat yang bisa memberikan ketenangan. Lyla menaiki tangga gedung tempat temannya berpesta, lalu dia mendengar sebuah suara musik dan mengikutinya.

Ia sampai di atap gedung dan seorang di bawah sana sedang memainkan instrument Moondance dengan gitarnya. Tiba-tiba seseorang menegur dan itulah pertemuan pertamanya dengan Louis. Mereka berbincang dan terjadilah cinta satu malam. :D

Pilihan Evan untuk pergi mencari orang tuanya menuntut konsekuensi yang tidak ringan. Di tengah jalan ia kehilangan kartu nama Jeffries dan bertemu dengan Arthur (Leon Thomas III), seorang pengamen yang diasuh oleh brandal Wizard (Robin Williams). Di tempat penampungan Wizard inilah Evan mulai mengenal alat musik. Dan Wizard tentu tak tinggal diam melihat talenta Evan, di otaknya mulai berpikir bawa anak itu bisa mendatangkan banyak uang untuknya.

Wizard lalu mulai “menjual” talenta musik Evan di kafe-kafe dengan bayaran yang mahal, tapi kafe-kafe itu tak mau menerima karena tawaran yang kelewat tinggi. Wizard juga telah mengganti nama Evan dengan nama beken, sekaligus agar orang-orang yang mencarinya tak bisa menemukan jejak Evan. Evan kemudian dikenal dengan nama August Rush. Lika-liku pencariannya kemudian membawa August pada sebuah gereja, mempertemukannya dengan pastur James (Mykelti Williamson) yang kemudian memasukkannya ke sekolah musik nomor satu di New York karena talenta yang dimilikinya.

Di sekolah musik Juilliard, August dengan sangat bebas meluapkan suara-suara yang selama ini didengarnya melalui berbagai alat musik. Keyakinannya untuk bertemu dengan orang tuanya semakin besar. Keyakinan itu pula yang memunculkan ide dalam diri August untuk merangkaikan nada-nada itu dalam sebuah rhapsody. Rhapsody itu kemudian diketahui oleh dosennya dan diputuskan untuk tampil dalam konser tahunan Phillharmonic.

Di San Fransisco, Louis yang telah meninggalkan musik dan bergelut dengan bisnis bagai dijungkirbalikkan ke masa lalunya ketika Nick, salah seorang personel band-nya datang padanya. Pertemuan dengan Nick, membawa Louis pada sebuah pesta dan di sana dia bertemu dengan Marshall, kakaknya yang juga anggota band. Malam itu, Louis dipaksa untuk memilih antara kekasih barunya dan masa lalu. Dan Louis menyerah pada masa lalunya.

Thomas Novacek, ayah Lyla sedang dalam kondisi kritis. Di tengah kesibukannya sebagai guru musik, ia menyempatkan menjenguk ayahnya setelah mendapat telepon dari rumah sakit. Di penghujung usia itu, sang ayah menyodorkan kenyataan bahwa bayi laki-laki Lyla masih hidup.

Fakta-fakta itu menuntun Louis dan Lyla ke New York. Lyla menerima tawaran untuk kembali bermain cello di konser musim semi yang diselenggarakan almamaternya, Juilliard. Ibu dan anak ini akan berdiri di panggung yang sama, namun di tengah jalan, Wizard menemukan August. Dengan mengaku sebagai ayah August, Wizard membawa pergi August dan melarangnya ikut konser.

Malam itu, Louis dan band-nya mendapat kesempatan bermain di panggung lagi, konser lagi. Dalam waktu yang bersamaan, Phillharmonic juga tengah digelar di Central Park.

Tekad August untuk meninggalkan Wizard sudah bulat. Keyakinannya yang sempat pupus kembali berkobar karena pertemuan singkat dan tak terduga dengan Louis di taman kota ketika ia mengamen. Berbekal setitik keyakinan yang kuat, August berhasil kabur dari Wizard dan ia tetap bisa memimpin konsernya.

Nada-nada yang dirangkai dalam rhapsody oleh August benar-benar mampu menyentuh hati orang tuanya. malam itu, akhirnya mereka bertemu.

Film dengan genre drama ini secara tidak langsung mengajarkan pada kita, betapa sebuah keyakinan memiliki kekuatan yang begitu hebat. Seperti yang dikatakan Louis pada August ketika mereka bertemu di taman kota “Nothing bad’s gonna happen, you should have a little faith.”

Kadang kala kita hanya memiliki setitik keyakinan yang mengakar, namun keyakinan yang kita miliki tidak didukung oleh fakta yang ada. Bahkan kadang kita merasa yang kita yakini ini hanya akan berakhir pada kekosongan dan kekecewaan, karena rasa-rasanya tak ada jalan yang terlihat dan bisa kita lalui. Ketika keadaan itu menimpa kita, kita lebih banyak putus asa dan membiarkan keyakinan yang hanya setitik itu melemah hingga akhirnya mungkin tak bersisa.

Mungkin kita hanya belum memahami, bahwa setitik keyakinan itu bisa saja menuntun kita memenangkan hidup. Dan tak akan ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi jika kita benar-benar yakin bisa menggapai cita-cita kita.

Orang yang memiliki keyakinan adalah orang-orang yang beruntung. Kenapa aku bisa bilang begitu? Karena tak semua orang bisa dan berani memelihara keyakinan dan menjadikannya sebagai landasan untuk mencapai cita-cita, untuk meraih mimpi. So, do you have a little faith? Do you believe in it? :D

Selain jalan ceritanya yang keren luar biasa dan menguras emosi, di film ini si ganteng Jonathan Rhys Meyers juga menjajal kemampuan vokalnya untuk menyanyikan beberapa lagu yang juga menjadi original soundtrack film ini. Dan suaranya sangat tidak mengecewakan, nggak kalah sama penyanyi asli. Penasaran, cekidot <span style="text-decoration: underline;"><em><a href="http://www.4shared.com/file/yEOQtePa/August_Rush_OST.htm" target="_blank">di sini</a></em></span>..!!

<img alt="" src="http://www.dioenglish.com/wiki/uploads/201002/12652521285bJaFo4w.jpg" class="aligncenter" width="522" height="755" />

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free Wordpress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Templates